Forum Lingkar Pena Purwakarta

dengan menulis, kami berkarya

Ketika Asaku seindah Pelangi

pada Agustus 1, 2013

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Hai.. aku Maha’, ini adalah nama pendek dari nama panjang ku. Hehehe. Senang rasanya bisa mengikuti agenda ini. Sudah lama aku tidak menuliskan coretan pada diaryku. Senang juga rasanya bisa berbagi cerita yang, yah mungkin cukup membosankan. Namun memang inilah kisah dan impianku.

Saat aku mulai menulis satu kata pada goresan kecil ini fikiran ku mulai melayang- layang. Menurutku menuliskan kisah masa depan lebih sulit untuk merencanakan nya, bahkan membayangkan nya. Namun kemudian ternyata dengan menulis nya ribuan semangat ku kembali hadir untuk menggapai impian- impian yang pernah aku rencanakan beberapa tahun silam saat pertama kali ku injak kan kaki ini di bangku Aliyah. Awalnya aku pernah ingin menjadi seorang guru besar, tapi aku tidak terlalu pandai untuk berdiri, dan menerangkan sebuah materi di depan umum. Lalu aku juga pernah berkeinginan menjadi penerjemah. Aku senang mempelajari bahasa inggris. Sampai- sampai dulu ku tuliskan nama profil di akun facebook ku dengan “smart translater”. Kemudian aku berandai- andai juga untuk menjadi seorang penulis. Aku suka dengan sastra. Aku suka dengan menulis, Tetapi, beberapa kali aku mengirimkan karangan- karangan ku ternyata masih belum di terima. Mungkin masih masuk di spam pada alamat tempat dimana aku mengirimkan naskah ku. Namun aku juga sering mengalami kesulitan untuk menulis sebuah essay, artikel, dan sejenisnya.

Higga suatu ketika aku membaca kisah seorang perempuan asal Indonesia di sebuah tabloid. Kisah nyata yang cukup pahit, karena perempuan tersebut menjadi korban atas jebakan sang mantan suami. Karena bertahan cukup lama di kota Alexandria, beberapa uasaha yang di rintis nya menjadi hangus. Begitu sulit nya hidup di negara orang. Sejak itu aku ingin sekali menjadi seorang yang bisa bekerja di kedutaan besar perwakilan Indonesia, kemudian bisa terjun langsung meninjau tenaga- tenaga kerja Indonesia di negara manapun.

Sekarang aku sudah memasuki semester ke dua di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Jogja, Yogyakarta. Sangat terasa sekali terjalnya perjalanan menyelami dalamnya ilmu sang Kuasa. Sungguh tidak begitu mudah.

Berawal pada semester dua kelas tiga di Aliyah dulu, aku sudah mulai mendaftarkan diri di beberapa perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Melalui jalur- jalur beasiswa dari beberapa info yang aku tahu. Aku pernah mengikuti program Bidik Misi di perguruan tinggi UNAIR Surabaya, dan UNDIP Semarang. Aku juga pernah mengikuti program beasiswa Ponpes di IAIN Surabaya. Aku juga mengikuti tes SNMPTN, dan itu semua belum bisa ku raih. Mungkin terlalu tingginya grade yang aku pilih. Aku selalu mencoba mengambil sastra inggris, itu karena aku tidak terlalu mahir dalam menghitung. Pernah ibuk dan bapak berbeda berpendapat tentang pilihanku untuk mengambil jurusan. Beliau memintaku untuk mengambil pendidikan, tapi aku tetap mempertahankan untuk mengambil sastra Inggris. Sampai ahirnya ketika aku mengikuti tes SNMPTN di kota Gudeg aku berkenalan dengan seorang kakak tingkat asal Garut yang mengambil kampus di tempat ku belajar sekarang ini. Orang- orang biasa memanggil nya dengan teh Yelis. Awalnya aku mengenal teh Yelis sendiri dari mas Hilman, kakak tingkat yang sedang mengambil program TOEFL di Pare. Teh Yelis mengajak ku berkeliling di kampusnya. Ketika aku berhenti di salah satu gedung fakultas, aku melihat sebuah banner yang di pasang di depan kantor prodi pendidikan bahasa Inggris bertuliskan “Mau Ikutan PPL ke Australia?” Dari situ aku mulai tertarik untuk mendaftarkan di kampus tersebut. Apalagi ketika aku pulang ke rumah menunggu hasil pengumumuan tes SNMPTN yang belum lolos. Dengan niat yang kuat, mungkin bisa juga di bilang nekat aku kembali lagi ke Jogja pada awal ramadhan 2012 lalu. Padahal uang sakuku saat itu benar- benar dalam keadaan limit. Usai lulus sekolah aku sudah tidak pernah meminta uang saku dari ibuk, dan bapak. Aku belajar menabung dari hasil memberi privat beberapa anak tetanggaku. Dengan tabungan yang tidak seberapa itu aku berangkat kembali ke Jogja dan mendaftar di universitas tempat ku belajar sekarang ini.

Alhamdulillah aku di terima di fakultas pendidikan bahasa inggris. Masuk di universitas swasta memang cukup mahal. Pada awal masuk kampus ini aku meminjam uang prodi bahasa inggris. Meminta pada orang tua sudah tidak mungkin. Saatnya mereka berjuang untuk adik- adik ku. Sedikit cerita tentang kehidupanku, dulu bapak sangat bersemangat untuk menyekolahkan anak- anaknya. Namun ketika mbak sudah lulus dari kuliahnya Dia langsung meminta menikah. Mungkin orang tua memang tidak berharap anaknya harus membalas jas orang tua. Namun jika mbak bisa meringankan beban ibuk dan bapak yang masih harus menanggung aku dan kedua adikku itu cukup berarti. Bukannya aku memaksakan kehendak-Nya, namun dengan berusaha belajar disini aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku ini bisa. Meski aku benar- benar merasakan begitu kesulitan disini.

Banyak harapan saat aku menuliskan kisah ku pada lembaran ini. Semoga aku bisa istiqomah di kampus ini. Bisa merubah semuanya, bisa menjadi kebanggan semuanya. Apalagi mengambil pendidikan bahasa inggris memang bukan impianku. Tapi setelah aku fikir- fikir mungkin dengan belajar aku bisa menjadi guru dan bisa menjadi seorang penerjemah. Mungkin juga aku bisa meneruskan impianku untuk menjadi seorang guru besar. Kemudian jika aku terus mengasah bakat kecilku sambil menikmati suasana kota Jogja aku bisa memperbaiki beberapa karangan- karangan ku. Sehingga aku bisa mewujud kan satu persatu keinginanku.

Menjadi dewasa itu sebuah pilihan, dan menjadi tua itu sudah terjadi setiap harinya. Jadi aku harus bersemangat untuk impianku. Where there is a will there is a way. Aku percaya akan sekenario sang Kuasa. Aku juga yakin sekenario Allah itu lebih indah.

Ehmm.. aku pernah mempunyai beberapa keinginan yang sudah ku tulis pada buku diary ku,

. aku ingin menerbitkan karangan ku dalam bentuk novel paling tidak antara 2013- 2014.

. aku ingin mengikuti PPL ke Australia paling tidak ketika aku sampai pada semester V nanti.

. aku ingin segera lulus dari kampus ini paling tidak antara tahun 2016- 2017.

Berharap juga beberapa beasiswa yang sudah aku ajukan bisa lolos, dan segera turun. Sampai ahirnya aku bisa menjadi perempuan yang berkarir. Mengabdikan diri pada suami. Mempunyai keluarga yang sakinah, dan terus berjuang di jalan- Nya.

Semoga apa yang aku impikan bisa ku raih sama halnya ketika aku memandang indahnya pelangi. Aku tahu badai pasti berlalu.

Sekian terimakasih.

 

Khanza Aliffia Dhie


Tinggalkan komentar