Forum Lingkar Pena Purwakarta

dengan menulis, kami berkarya

Talkshow Kepenulisan @ UPI

pada Juli 4, 2012

Catetan Event:

19 Juni 2012

Gambar

Salam Pena!!! Sobat pena kembali berjumpa dengan saya, sang kuncen FLP Purwakarta. He. He. Kali ini penulis hendak menyajikan report talkshow kepenulisan ilmiah serta populer yang dihelat oleh Tutorial dan Binder UPI Kampus Purwakarta hasil gawe bareng dengan penerbit Mizan. Di acara yang memakan waktu hingga dua jam ini, berbagai seluk beluk dunia kepenulisan dikuliti oleh sang narasumber.

Sebelumnya penulis berpikir bahwa talkshow ini akan membahas tulisan ilmiah, tentunya sesuai dengan informasi yang terpampang di spanduk Mizan Expo. Eh kenyataannya malah kebalikannya, tulisan fiksi lebih mendominasi topik pembicaraan. Jelasnya sebagai berikut. Pak Burhanuddin selaku perwakilan Direktur UPI, menjembatani dan menjadi penyambung pemikiran antara narasumber dengan peserta talkshow. Dengan logat sunda yang khas plus kental, beliau banyak berbicara tentang kondisi mahasiswa/i pada umumnya yang saat ini kesulitan jikalau harus membuat sebuah karya tulis. Jika pun sebuah karya tulis dihasilkan, maka kesalahan fundamental seperti teknik menyusun tulisan hingga ke urusan kutip-mengutip sumber selalu menjadi persoalan klasik. Beliau menekankan pentingnya untuk banyak membaca serta berlatih menulis. Di akhir kata, sebuah pesan terucap. “Tulislah apa yang anda baca dan apa yang anda ucapkan, kemudian bacalah dan ucapkanlah apa yang telah anda tulis.” Hmmmmm dalam juga ya maknanya?

Pasca prakata dari beliau (Pak Burhan) yang agak nyentrik, mbak Esti Ayu Budihapsari selaku narasumber utama beraksi. Jebolan sastra inggris dari UNY, yang sekarang aktif sebagai penerjemah serta editor freelancer di berbagai penerbit, langsung tancap gas mengupas dunia fiksi. Dia memulai dengan sebuah kutipan yang kurang lebih sebagai berikut bunyinya. “Bahasa pertanda pembeda bagi manusia, bahasa tulis itu menandakan seseorang yang berpendidikan.” Hmmm apa sobat pena setuju dengan kata tersebut? Setuju atau tidak, penulis kembalikan ke sobat masing-masing. Namun pada intinya menulis memang bukanlah hal sepele ataupun hal yang tidak penting sama sekali, justru seseorang yang menulis itu adalah pribadi yang mau berbagi serta ingin hidupnya abadi. Tentunya abadi dalam artian pemikirannya maupun karyanya yang tak akan lekang dimakan usia, meskipun penulisnya sendiri sudah di telan bumi.

Kembali ke mbak Esti, dia lantas menelenjangi bulat dunia tulis menulis. Dimulai dari Pra Produksi Tulisan, Produksi hingga ke Post Produksi. Berbagai teori lainnya meluncur dengan lancar dari pembicaraannya. Beliau pun menekankan bahwa untuk penulisan karakter dalam karya fiksi, itu harus lah nyata. Artinya si tokoh atau si karakter yang kita tulis, harus sesuai dengan kondisi riil di alam ini. Bukanlah sesuatu yang justru jauh dari kehidupan yang ada. Contohnya penggambaran seorang tokoh itu minimal haruslah meyerupai aslinya, walau tak terlalu mendetail. Seperti gambaran fisik (kulit: hitam, putih, cokelat, kuning. Hidung: mancung, pesek. Sifat: malas, rajin, arogan. Dll) maupun karakteristik kejiwaan yang identik. Jangan seperti cerita di negeri dongeng. Di akhir penjelasan beliau berpesan bahwa untuk menjadi seorang penulis itu modalnya sederhana, yaitu baca buku sebanyak-banyaknya tanpa membatasi jenis bacaan.

Oh iyah, diakhir acara penulis juga ikut nimbrung lho. Tapi bukannya mengulas balik apa yang telah narasumber bicarakan, tapi malah promo. “Promo?“ “Promo apaan?” So pasti tentunya beriklan tentang FLP Purwakarta dong. Yup penulis mencoba menarik minat audiens tuk bergabung dengan komunitas ini, meskipun agak malu-maluin karena mendompleng acara orang lain. He. Tapi walhasil ada yang nyantol juga. Kirim sms and berminat tuk gabung bareng. “Alhamdulillah wa syukurillah.” Hmmmm sobat pena, udah dulu ah. Nyampe sini dulu ye? See u next time. Bye. Bye.

Salam Pena!!! Q_Q


Tinggalkan komentar