Forum Lingkar Pena Purwakarta

dengan menulis, kami berkarya

Silaturahim Pengurus FLP Wilayah Jabar ke Purwakarta

pada Juni 4, 2012

Pada pertemuan rutin FLP Pwk hari minggu ini ada sesuatu yang berbeda lho. Kita kedatangan tamu istimewa dari FLP wilayah Jabar, yaitu Kang Yadi. Kali ini kang Yadi datang ke Purwakarta untuk bersilaturahmi dan sharing masalah kepenulisan.

Tentu saja kesempatan ini tidak boleh dibuang sia-sia. Mulai dari cerita-cerita tentang buku terbarunya Kang Yadi yg berjudul Goes To Pesantren, pengalaman kang Yadi sejak mulai menginjak dunia menulis, hingga berondongan pertanyaan untuk beliau dari kami semua.

Anggota FLP Purwakarta yang hadir hari itu memang hanya 4 orang ditambah 1 anggota baru yg bergabung tepat saat itu. awalnya semua malu-malu. Diam-diam. Senyum-senyum. Akhirnya ketawa-ketawa dan cairlah suasana. Obrolan mengalir dengan sendirinya.

Kang Yadi ternyata sudah sekitar 8 tahun bergabung denagn FLP, yaitu sejak tahun 2005. hingga saat ini sudah ada 6 buah buku yang ia tulis. Semua judul dan tema yang diangkat dalam buku-bunya sangat menarik. Semuanya memang berjenis non-fiksi, tapi unik dan berbeda. Tengok saja judulnya seperti ‘Enggak takut dosa’, ‘doa-doa patah hati’, dan yang terbaru ‘Goes To Pesantren’. Hm…ok kan semuanya?

Bagi Kang Yadi, menjadi penulis adalah pilihan hidupnya. Sedangkan pekerjaan yang ia tekuni saat ini sebagai pengajar, baginya adalah sebuah ‘status sosial’ saja. Sebab, seperti yang dikatakan ketua FLP Purwakarta, penulis itu belum diakui sebagai profesi di KTP negara kita ini.

Itulah realitanya. Oleh karena itulah, pekerjaan sebagai penulis seringkali dipandang sebelah mata, karena dianggap madesu alias masa depan suram. Mending juga, jadi dokter, polisi, guru atau yang lainnya. Padahal, kata Kang Yadi, pekerjaan menulis itu cukup menjanjikan lho.

Mau bukti? Tengok saja Andrea Hirata, Habiburahman El Shirazy, atau yang lebih spektakuler lagi. J.K. Rowling misalanya. Nama yang terakhir disebut itu sekarang memiliki kekayaan yang mampu menyaingi ratu Inggris. Hanya dari satu buah cerita tentang seorang anak kecil bernama ‘Harry Potter’. Nah loh, coba bayangkan! Bayangkan kalau kita pun bisa menjadi seperti mereka, yaitu dengan menulis! Keren kaaaaaan? Pasti pada mupeng*

Masalahnya, semua itu tidak bisa diraih secara instan (emangnya mie). Tidak ada stupun pekerjaan di dunia ini yang ‘tidak berkeringat’. Artinya, semua pekerjaan membutuhkan kerja keras dan usaha. Begitu juga dengan menulis.

Banyaklah membaca, berlatih menulis dan menghasilkan karya. Jalinlah komunikasi yang baik dengan berbagai pihak. Ciptakan koneksi. Kang Yadi berpesan, “Buktikan!” buktikan bahwa kita bisa menulis. Buktikan denagn karya, bukan sekedar omongan kosong belaka. Toh, penerbit atau media manapun tidak akan percaya pada kita jika yang kita tunjukan pada mereka hanya omongan saja. Mereka  tentu butuh bukti nyata berupa karya kita.

Banyak penulis yang patah semangat begitu tahu naskahnya ditolak penerbit. Di sinilah seorang penulis dituntut untuk memiliki mental baja. Tidak boleh mudah menyerah. Bukankah tadi sudah dikatakan bahwa setiap pekerjaan membutuhkan kerja keras dan usaha. Maka, teruslah menulis dan berusahalah untuk meningkatkan kualitas tulisan.

Aku Kang Yadi, beliau tidak pernah menolak jika disuruh merevisi tulisannya. Bahkan, ketika dia menyelesaikan setiap tulisannya, pasti ia revisi terlebih dahulu tanpa tunggu di suruh. Kenapa? Karena di saat-saat terakhir itu mungkin ada ide yang tiba-tiba ‘nyangkut’ di kepala. Sayang sekali kan kalau ide tersebut lewat begitu saja atau tertinggal karena naskah buru-buru disetorkan ke penerbit. Bisa menyesal seumur hidup kalau sampai ada ide yang tidak tersalurkan seperti itu. termehek-meheklah nanti ketika naskah sudah tercetak menjadi buku dan ide tersebut terus bergentayangan di kepala. Serem kaaaaaan? Hiiiii…..

Daripada ketakutan duluan, sekarang, mari kita tengok hal yang paling mendasar dari semua yang telah kita baca di atas. Milikilah tekad yang kuat dan tujuan yang jelas. Apa yang kita harapkan dari menjadi seorang penulis? kenapa kita ingin menjadi penulis?

Mungkin ada yang menjawab, ingin terkenal, ingin kaya, ingin menghibur orang lain yang membaca, ingin menyampaikan pemikiran-pemikiran kita ke seluruh dunia, ingin ini, ingin itu banyak sekali……kayak doraemon deh jadinya.

Tapi mungkin, perkataan mbak Asma Nadia yang berikut ini bisa menjadi gambaran yang jernih tentang sebuah niat yang lurus, “Dengan menulis, saya ingin berbagi. Jadi, kalau tidak menulis berarti saya tidak bisa berbagi.” Tujuan mbak Asma menulis adalah untuk mencerahkan.

Hm…mulia sekali bukan? Sederhana. indah dan berkesan. Jadi, jauh sebelum semua usaha kita kerahkan, jauh dia atas itu, kita haruslah memiliki niat yang ‘benar’ untuk menulis. Sehingga nantinya kita mampu menjadi penulis yang bukan saja baik, tetapi juga benar. ‘inna maal amaalu bi niat.’ Jadi, luruskanlah niat, kuatkan tekad, berusaha, berdo’a dan bekerja keras. Insya Allah impian kita bisa terwujudkan. Mintalah ridho Allah. Sebab, hanya denagn ridho dari-Nya lah semua itu bisa terlaksana.

Terakhir, ada sebuah masukan yang Kang Yadi berikan, yaitu berdo’alah agar bisa tetap istiqomah menulis!
selamat mengamalkan! Semoga bermanfaat^^

Purwakarta, 3 Juni 2012


Tinggalkan komentar